Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Tujuan diciptakan manusia

Sabtu, 25 Januari 2025 | 17.24 WIB Last Updated 2025-01-25T10:25:33Z


4 TUJUAN HIDUP MANUSIA DICIPTAKAN DALAM AL-QURAN
Tohari bin Misro
Ketua MTT PDM KP
Pimpinan Sekolah Tarjih&Tajdid Muhammadiyah (STTM) PDM KP

Masih ada sebagiang orang yang belum tahu atau bertanya dalam dirinya pertanyaan. “Untuk tujuan apa sih, Manusia diciptakan di dunia ini?”, dan “Kenapa juga manusia harus ibadah?

Mengutip buku Agama Manusia & Tuhan dalam Perspektif Al-Quran terbitan Deepublish, Allah tidak pernah menciptakan sesuatu tanpa ada manfaatnya. Segala yang diciptakan tidak ada yang sia-sia, termasuk manusia.

Dalam surat Al-Anbiya ayat 16, Allah berfirman:

وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاۤءَ وَالْاَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لٰعِبِيْنَ
Artinya: “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan segala apa yang ada di antara keduanya dengan main-main.” (QS. Al-Anbiya:16)

Untuk mengetahui apa saja alasan mengapa Allah menciptakan manusia di dunia, simak penjelasan lengkapnya dalam ulasan berikut ini.

1. Ibadah
Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya. Ini adalah alasan yang paling utama yang perlu kita pahami.

Penjelasan tersebut dapat ditemukan dalam surat Az-Zariyat ayat 56, Allah SWT berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.

Kemudian dalam surat Al-Baqarah ayat 21 juga dijelaskan demikian. Manusia diminta untuk beribadah kepada_Nya agar menjadi makhluk yang betakwa.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعْبُدُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُمْ وَٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.

Ayat di atas jelas menyebutkan tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah, hanya menyembah Allah semata dan bertaqwa. Ayat ini mengisyaratkan pentingnya tauhid, karena tauhid adalah bentuk ibadah yang paling agung, mengesakan Allah dalam ibadah.

Ayat ini juga mengisyaratkan pentingnya beramal, setelah tujuan pertama manusia diciptakan adalah agar berilmu. Maka buah dari ilmu adalah beramal. Tidaklah ilmu dicari dan dipelajari kecuali untuk diamalkan. Sebagaimana pohon, tidaklah ditanam kecuali untuk mendapatkan buahnya. Karena ilmu adalah buah dari amal.

Empat Tujuan Ibadah

Menurut Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah
Menurut Majelis Tarjih dan Tajdid, ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan melaksanakan perintah-perintah-Nya, menjauhi larangan-larangan-Nya, dan mengamalkan segala yang diizinkan Allah. Pelaksanaan ibadah harus melibatkan hati, lisan, dan anggota badan. Adapun fungsi ibadah bagi kehidupan, di antaranya:

Pertama, jalan menuju takwa
Bertakwa berarti berusaha untuk menunjukkan penghambaan kepada Allah dengan ibadah kepadanya. “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa” (QS. Al-Baqarah: 21).

Kedua, menentramkan hati
Ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah, sehingga ketika seseorang merasa dekat dengan Allah SWT, maka ia pun akan selalu mengingat-Nya (dzikrullah). Ketika seseorang senantiasa mengingat Allah maka hatinya pun akan merasa selalu tenang dan tenteram. “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram”. (QS. Ar-Ra’du: 28).

Ketiga, bekal kebahagiaan hidup di akhirat
Kehidupan dunia ini hanyalah sementara, yang berfungsi sebagai jalan menuju kehidupan yang abadi dan lebih baik yaitu kehidupan akhirat. Segala apa yang diperbuat manusia di dunia akan berdampak pada kondisi kehidupannya di akhirat, termasuk kegiatan ibadahnya, terutama ibadah salat. Rasulullah SAW menegaskan bahwa salat merupakan ibadah yang pertama kali dihisab dan akan menjadi ukuran terhadap baik dan buruknya amal seseorang.

Keempat, wujud syukur atas nikmat Allah SWT
Penciptaan manusia dengan segala yang melingkupinya, termasuk alam semesta merupakan karunia Allah yang harus disyukuri. Ungkapan rasa syukur ini tidak hanya sebatas lisan, tetapi harus meliputi kesadaran hati dan perwujudan dalam kehidupan melalui semangat beribadah.

Dari ‘Aisyah apabila Rasulullah SAW salat, maka beliau berdiri hingga kaki beliau bengkak. Aisyah berkata: Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan ini padahal Allah telah mengampuni dosa engkau yang telah berlalu dan yang dikemudian. Beliau bersabda: Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur”? (HR. Muslim).

2. Sebagai Khilafah

Selain ibadah, Allah SWT menciptakan manusia untuk menjadi khilafah di muka bumi. Allah SWT ingin manusia mengurusnya dengan kekuatan akal yang dimiliki.

Hal itu tercantum dalam surat al-An'am ayat 165, Allah SWT berfirman,

وَهُوَ ٱلَّذِى جَعَلَكُمْ خَلَٰٓئِفَ ٱلْأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَٰتٍ لِّيَبْلُوَكُمْ فِى مَآ ءَاتَىٰكُمْ ۗ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ ٱلْعِقَابِ وَإِنَّهُۥ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌۢ
Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian dari kamu atas sebagian (yang lain) dengan beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat dalam memberi siksaan dan Dia sungguh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Kemudian penjelasan manusia menjadi khilafah juga dijelaskan dalam surat al-Baqarah ayat 30, surat al-A'raf ayat 69 dan 74, surat Yunus ayat 14 dan 73, surat al-Naml ayat 62, Surat Fathir ayat 39, dan Surat Sad ayat 26.

Dalam pandangan Muhammadiyah, manusia adalah khalifah atau wakil Allah di bumi yang memiliki tugas untuk menjaga dan merawat bumi. Tugas ini merupakan amanah yang harus diemban dengan baik.

Tafsir Manusia Sebagai Khalifah Menurut Muhammadiyah dan NU

Menurut Muhammadiyah

Manusia sebagai khalifah memiliki 4 tugas :
1. Menciptakan kemakmuran di bumi
2. Memanfaatkan kekayaan alam dengan bijaksana
3. Menjaga hubungan antar sesama manusia
4. Menjaga lingkungan hidup, Mematuhi aturan Allah.

Manusia sebagai khalifah harus aktif dan dinamis dalam menjalankan tugasnya. Manusia juga harus menghindari pola hidup yang pasif dan malas.

Tiga Makna Manusia sebagai Khalifah fil Ardl Menurut Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengungkapkan.

Pertama, imaratul ard, yaitu mengisi bumi ini agar bagaimana bisa makmur, sejahtera, keadilan merata, kejujuran merata, termasuk sandang pangan. "Sampai-sampai fiqih kita mengatakan, kalau tidak ada satu pun orang Islam yang memproduksi satu jarum yang digunakan untuk menjahit pakaian penutup aurat manusia ini, gara-gara tidak ada satu pun orang yang memproduk satu jarum, maka semua umat Islam akan berdosa. Hanya satu jarum,"

Juga menguatkan dengan hadits tentang pentingnya menanam meski akan terjadi hari kiamat.

إن قَامَتِ السَّاعَةُ وَفِي يَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ لَا تَقُومَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَغْرِسْهَا
"Jika terjadi hari kiamat sementara di tangan salah seorang dari kalian ada sebuah tunas, maka jika ia mampu sebelum terjadi hari kiamat untuk menanamnya maka tanamlah." (HR. Bukhari & Ahmad).

Kedua, i'tha-u kulli dzi haqqin haqqahu, yaitu menyampaikan mereka-mereka yang punya hak – siapa pun mereka, tak pandang bulu dan latar belakang – harus mendapatkan hak-haknya.

Ketiga, al-ubudiyah lillah, sesuai QS. Az Zariyat ayat 56 yaitu Wama kholaqtul jinna wal insa illa liya`budun. Artinya, "Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku." "Semua gerakan kita, amaliah kita dalam organisasi jamiyah yang tercinta ini, harus bernilai ibadah," ajak Kiai Miftach. Tiga hal itu, sambungnya, merupakan tugas-tugas penting dan sebuah amanah yang besar, terutama di tangan para pengurus Nahdlatul Ulama yang dipercaya saat ini.

3. Agar Tahu Kekuasaan Allah

Manusia diciptakan oleh Allah agar mereka dapat menyadari kekuasaan-Nya. Allah SWT ingin menunjukkan bahwa seluruh alam semesta, termasuk bumi, tata surya, dan segala isinya, terbentuk berdasarkan kehendak-Nya.

Penjelasan lebih rinci dapat ditemukan dalam Al-Quran surat at-Talaq ayat 12 yang menyatakan,

ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَ سَبْعَ سَمَٰوَٰتٍ وَمِنَ ٱلْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ ٱلْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ ٱللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَىْءٍ عِلْمًۢا
Allahulladzi khalaqa sab'a samawatiw wa minal-ardi mislahunn, yatanazzalul-amru bainahunna lita'lamu annallaha 'ala kulli syai`ing qadiruw wa annallaha qad ahata bikulli syai`in 'ilma

Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan demikian pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, sehingga kalian dapat memahami bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.

4. Mengemban Amanan

Alasan selanjutnya adalah Allah menciptakan manusia untuk mengemban amanah di dunia.
Amanah tersebut dapat diibaratkan sebagai ujian dan tanggung jawab saat menjalankan peran sebagai khalifah di muka bumi.

Sebagaimana dinyatakan dalam surat al-Ahzab ayat 72 berikut,

إِنَّا عَرَضْنَا ٱلْأَمَانَةَ عَلَى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱلْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا ٱلْإِنسَٰنُ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, namun semuanya enggan untuk memikul amanah tersebut dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh.

Manusia sebagai pengemban amanah berarti manusia melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Amanah ini berlaku dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungan dengan Allah maupun dengan sesama manusia.

Amanah yang diemban manusia harus dilakukan dengan baik, ikhlas, dan konsisten. Allah akan memuliakan manusia yang melaksanakan amanah dengan baik, sedangkan yang mengabaikannya akan ditimpa azab dan kehinaan.

Berikut ini adalah beberapa contoh perilaku amanah yang dapat dilakukan:
  • Taat terhadap agama
  • Menjalankan kewajiban sosial
  • Berperilaku jujur dan adil
  • Tidak korupsi
  • Melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab
  • Menyampaikan pesan atau titipan yang dititipkan orang
Sifat-sifat yang harus dimiliki agar dapat mengemban amanah dengan baik adalah:
  • Hafidzhun, yaitu mampu menjaga, jujur, etis, sungguh-sungguh, dan istiqamah
  • 'Aliimun, yaitu berilmu atau memiliki keahlian
  • Qawiyyun, yaitu kuat dan memiliki prinsip yang kuat
  • Amiinun, yaitu terpercaya dan tidak akan berkhianat
Wallahu a'lam.

Sumber: Grup WA PDM KP